Wednesday, June 10, 2009

Journalist Vs Copywriter

Pada suatu ketika...

Him : Syg..Kayanya sabtu bsk ga jadi ke Pasar Tebet deh?
Me : Loh..Kenapa emangnya?
Him : Iya..Mendadak harus ngedit video hasil syuting. Maaf ya sayang...
Me : ........... *manyun*

Dan suatu ketika lainnya...
Me : Ndut...Bete deh..
Him : Kenapa syg?
Me : Hari sabtu aku ada liputan mendadak. Jadi sepertinya batal lagi survey riasnya..*mulai nangis*
Him : Ya udah minggu depan lagi aja. Tenang syg, kita masih punya cukup waktu koq..
Me : .............*termehek-mehek*


Apa jadinya kalau ada pasangan, yang baik cowo maupun cewenya, kerja dengan ritme dan waktu yang ga bisa ditebak? Jawabannya bisa dilihat di atas. And it happened to me over and over again. Aku adalah seorang reporter di salah satu harian bisnis. Sedangkan cowoku kerja sebagai copywriter di advertising agency yang spesialis untuk brand activation.

Pekerjaanku sebagai wartawan, harian pula, menjadikan hampir 80% waktu tersita untuk kerjaan. Everyday deadline adalah hal yang sangat biasa. Pulang malam? Pastinya. Belum lagi liputan mendadak di weekend yang semakin menjauhkanku dari si waktu luang.

Cowoku pun sama. Hari-harinya dikelilingi oleh meeting, pitching, shooting, editing, dan beberapa aktivitas berakhiran -ing lainnya, kecuali dating tentunya. Kalo lagi persiapan pitching, lembur-ing (another -ing's activities) jadi konsekuensinya. Kegilaan akan semakin menjadi kalo ternyata dia dan team berhasil memenangkan pitching itu. Kalo udah gtu, jadinya pussyiiing dehhh,hehe..


Kami tentu tidak menyalahkan pekerjaan kami. We love this job. Hanya saja terkadang sulit bagi kami, terutama aku, untuk menerima konsekuensi-konsekuensi yang timbul. Contohnya seperti kasus di atas. Ga jarang kami terpaksa membatalkan rencana yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari karena salah satu dari kami harus bekerja pada akhir pekan atau hari libur. Jalan keluarnya ya cuma ikhlas...Unfortunately, it's not that easy to be ikhlas..


Kami tau persis bahwa kami ga sepantasnya mengeluh. Karena kami yakin dibalik pengorbanan yang sudah kami lakukan, Tuhan pasti nyiapin sejuta kebahagiaan untuk kami. Toh.. Sejauh ini kami masih baik-baik saja. Ketidakmampuan kami dalam mengontrol sesuatu yang di luar kendali, tidak menjadikan kami terpecah dan mengambil keputusan berdasarkan emosi semata. Hal itu hanya sempat menimbulkan pertengkaran kecil yang menurut kami wajar terjadi dalam sebuah hubungan.


Yah... Sekali lagi jalan keluar untuk mengatasi kondisi seperti ini hanya ikhlas. Dan kami sedang berjuang keras untuk itu. Bekerja adalah suatu hal yang baik dan pastinya akan membuahkan hasil yang baik pula. Itu yang terus menerus kami tanamkan dalam hati. Dengan bekerja juga kan akhirnya kami bisa menabung untuk biaya menikah? Semoga pada akhirnya kami bisa melalui ini semua dengan baik, Amien..



Jakarta, 8 Juni 2009, di atas patas AC 44 jurusan Ciledug – Senen


Note: Ditulis saat si cpw lg berusaha sekuat tenaga mengikhlaskan si cpp yang sedang kesetrum elektrolit..hehe..

3 comments:

  1. buuu comment dikit nih, masih mending karena sama-sama seprofesi/ 1 bidang pekerjaan yang sama jadi udah saling ngerti, dulu gw sama pacar *waktu dia masih di advertising angency* gwnya mulu yg manyun, abis dia sibuk berat dan gw ga ngerti kerjaannya ky apa..intinya sih tetep hrs bersyukur krn masih bisa kerja :)

    ReplyDelete
  2. iya bu hrs tetep disukurin..toh kita kerja juga buat ngejar sesuatu..Btw, tulisan ini terinspirasi stlh kita chat wktu itu loohh..Wkt itu kan lo blg "wah..kalian berdua sama2 sibuk dong",hehehe..

    ReplyDelete
  3. sist...sama banget kayak akuh.
    FYI, ritme kerja cami juga gak bisa ditebak, bisa ajah sabtu-minggu kerja...
    But,we'r enjoy it!!! padahal si ibu udah nyuruh cami cari kerjaan lain yang ritmenya sama..
    Sabar ya sist...semuanya pasti indah pada waktuNya!!! just do ur best fur all...

    ReplyDelete